Selain belanja online, jualan online juga sudah menjadi tren di Indonesia, termasuk berjualan melalui media marketplace, seperti tokopedia, bukalapak, shopee, dan lain-lain. Barang-barang yang bisa dijual online di marketplace sudah sangat bervariasi . Alasan yang dijadikan dasar oleh penjual online di marketplace biasanya adalah mudah dilakukan dan cenderung lebih aman bagi pihak penjual dan pihak pembeli. Tentu saja, hal ini berdampak semakin banyak penjual dan meningkatkan persaingan antara penjual, sehingga layanan premium yang ditawarkan oleh marketplace (seperti layanan push, gold member, dan lain-lain) sudah menjadi suatu kebutuhan.
Marketplace akan mengundang jutaan pengunjung tersedia untuk Anda, tetapi Anda juga akan bertarung dengan ribuan penjual yang menjual produk yang sama. Banyak orang yang berbelanja di marketplace menganggap mereka membeli dari marketplace tersebut, walaupun mereka membeli produk Anda. Pelanggan lebih akan mengingat nama marketplace saat mereka ingin membeli lagi, bukan nama merek produk atau toko Anda. Di sebagian besar marketplace, fokusnya bukan pada penjual, tetapi pada produk.
Dari hasil pengamatan kami, ada kesalahan umum yang sering dilakukan oleh penjual online di marketplace, yaitu tidak ada manajemen yang baik untuk administrasi data pembeli, terutama nomor handphone. Data pembeli hanya digunakan untuk memastikan barang yang dikirimkan sampai di tujuan dengan selamat, setelah itu tidak disimpan. Sehingga, kesalahan persepsi yang sering dimiliki penjual online di marketplace adalah jika ingin tetap ada order pesanan baru, maka harus tetap menggunakan atau berlangganan layanan premium yang ditawarkan oleh marketplace. Dengan kata lain, penjual online tersebut menjadi sangat bergantung dengan marketplace. Hal ini bisa menjadi masalah, karena harga layanan premium tersebut semakin lama semakin mahal dan tidak mustahil hingga mencapai titik tidak relevan lagi jika dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan dari penjualan barang. Atau yang paling parah, jika marketplace itu tutup karena bangkrut.
Dengan manajemen yang baik untuk administrasi data pembeli, terutama nomor handphone, maka penjual online tersebut bisa mempunyai saluran marketing baru, yaitu sms blast. Strategi ini kemungkinan besar akan berhasil, karena penerima sms blast bukan hanya orang-orang yang mengetahui nama toko dan produk yang dijual, tetapi juga adalah orang-orang yang biasa belanja online dan belanja di toko anda di marketplace. Jika boleh dibandingkan dengan anda yang tidak keberatan menerima email newsletter dari pihak bank penerbit kartu kredit anda atau dari pihak lain, maka seharusnya penerima sms blast tersebut seharusnya tidak akan merasa terganggu dengan sms yang anda kirimkan. Tentu saja, ini sangat bergantung dengan jeda antara sms penawaran yang dikirimkan. Jika ingin “gratis” tetapi butuh usaha lebih, juga bisa blast menggunakan whatsapp. untuk lebih memudahkan, kami menyarankan agar menggunakan applikasi mirroring hp ke pc untuk sms blast (seperti Airdroid) atau menggunakan “whatsapp on pc”.
Konten pesan yang dikirimkan dapat berupa pemberitahuan barang baru, promosi, lokasi pameran atau pop-up store, paket bundling, dan lain-lain. Yang paling penting adalah di akhir pesan yang dikirimkan, jangan lupa menaruh link. Agar ketika mereka membaca pesan anda, diharapkan mereka klik link tersebut dan akhirnya tertarik untuk melakukan pembelian. Link yang dicantumkan sebaiknya menggunakan shorten url BitLy (misalnya http://bit.ly/nama-toko-anda) daripada http://marketplace.com/nama-toko-anda, karena kita bisa mengetahui dan analisa jumlah penerima yang klik link personalisasi yang telah dibuat (setelah melakukan signup di BitLy).
Selain manajemen yang baik untuk administrasi data pembeli, penjual online di marketplace juga sebaiknya mempunyai website ecommerce sendiri. Penjelasan mengenai hal tersebut akan diulas di artikel berikutnya. Semoga artikel ini berguna bagi anda.
Contact Us : Whatsapp 08888097722 / training@erudite-indonesia.com