Digital marketing semakin menjadi kebutuhan bagi perusahaan di Indonesia dari hari ke hari, bahkan dapat dikategorikan sebagai kebutuhan utama. Ada beberapa perusahaan yang menjalankan kampanye iklan digital marketing secara inhouse rekrut karyawan sendiri dan menggunakan jasa pihak eksternal atau biasa yang disebut digital agency.

Erudite Training sebagai konsultan digital marketing sudah sering mengerjakan audit untuk kampanye iklan digital marketing, baik yang pernah atau sedang berjalan, termasuk yang dikerjakan oleh digital agency. Kami menemukan banyak perusahaan yang tidak sadar jika mereka sedang ditipu atau diperas oleh digital agency. Hal ini biasa terjadi, karena tidak ada transparansi data mengenai hasil kinerja, dimana laporan digital agency hanya berupa file pdf atau ppt, seharusnya perusahaan juga mendapatkan akses penuh untuk backend advertising untuk semua digital marketing channel yang dijalankan.

Sebelum membahas modus digital agency penipu, sebaiknya Anda mengetahui istilah “Vanity Metrics”, yaitu indeks kinerja kpi yang hanya membuat kita senang, tetapi tidak memberikan dampak terhadap perkembangan bisnis. Contohnya, jumlah impression dan view di media sosial. Termasuk, peningkatan jumlah follower tidak berbanding lurus dengan penambahan jumlah transaksi. Investasi budget digital marketing seharusnya diterjemahkan secara eksplisit dengan jumlah leads dan penghasilan, bukan sekedar tujuan branding yang tidak jelas indeks kinerja kpi.

Kenyataannya, memang banyak digital agency yang bekerja dengan benar, tetapi juga sangat banyak digital agency penipu dengan taktik marketing yang menjebak pebisnis. Jika Anda termasuk pebisnis yang sangat menjunjung tingga etika kerja dan profesionalitas, misalnya bidang hukum, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain, siapkan diri Anda agar tidak terlalu kecewa ketika bertemu dengan digital agency penipu, yang bahkan mempunyai sejuta alasan ketika mereka tidak menghasilkan transaksi penjualan sama sekali.

Ini mungkin akan menjadi daftar yang panjang, tetapi Anda disarankan untuk mengetahui kebenaran dari setiap modus, agar budget digital marketing anda terlidungi. Berikut ini adalah modus digital agency penipu yang biasa kami temukan :

1. Durasi kontrak yang panjang
Setelah presentasi marketing yang memukau, mereka akan menawarkan kontrak kerjasama dengan durasi panjang, antara 6 sampai 12 bulan. Biasanya, dengan alasan digital marketing adalah taktik jangka panjang, padahal itu adalah omong kosong. Anda dapat melihat hasil sejak 1 sampai 2 bulan pertama, mungkin bukan hasil maksimal atau ideal, tetapi ada hasil signifikan. Apalagi, jika Anda menjalankan iklan berbayar, seperti FB IG Ads atau Google Ads, maka hasil dapat dilihat dalam hitungan mingguan. Dan jika Anda kecewa dengan hasil dari 2 bulan tersebut, Anda terkunci dan harus menunggu 10 bulan lagi untuk memberhentikan kontrak. Dan jika budget marketing Anda terbatas, Anda tidak dapat menggunakan digital agency lain yang kredibel untuk menghasilkan penjualan.

2. Kesuksesan masa lalu
Biasanya, mereka akan memperlihatkan jumlah goals yang luar biasa untuk “klien” mereka sebelumnya. Biasanya, platform yang digunakan untuk show-off adalah Google Analytics. Ada yang hanya berupa screenshoot (yang tentu saja dapat dimanipulasi dengan photoshop), bahkan ada yang berani membuka akun Google Analytics mereka saat presentasi marketing. Tetapi, jumlah goals di Google Analytics juga dapat dimanipulasi. Cara paling sederhana adalah, di masa lalu mereka mendefiniskan goal yang sangat mudah dicapai (misalnya durasi kunjungan minimal 1 menit dianggap satu goal), lalu setelah beberapa lama, jenis goal diganti dengan yang lebih sulit dicapai (misalnya kunjungan ke halaman terima kasih – halaman yang dikunjungi setelah transaksi atau daftar newsletter). Jadi, pada saat presentasi marketing, mereka menunjukkan data di masa lalu (saat goal adalah durasi) dengan angka misalnya 1.000 se-akan2 itu adalah goal saat ini yang adalah destinasi, karena angka (contoh) 1.000 di masa lalu itu tidak akan berubah hanya karena jenis goals berubah dari durasi ke kunjungan.

3. Daftar pajang klien
Banyak perusahaan besar yang telah menggunakan jasa digital agency penipu tersebut, padahal perusahaan tersebut hanya sekedar pernah menggunakan konsultasi gratis 1 jam atau menghadiri seminar preview jualan. Kuncinya adalah Anda tidak mendapatkan nama pic yang dapat dibuktikan kinerjanya. Padahal, di dunia perekrutan karyawan baru, adalah hal yang sangat biasa jika HR di perusahaan baru meminta nama refrensi dari perusahaan sebelumnya si calon karyawan baru pernah bekerja. Ada juga perorangan atau karyawan dari anak perusahaan yang menggunakan jasa, tetapi yang disebut di daftar klien adalah nama induk perusahaan, yang sebetulnya sama sekali tidak berhubungan. Beberapa perusahaan besar yang kami temui pernah ditawarkan jasa digital agency gratis, dengan catatan mereka bersedia menjadi contoh studi kasus. Ini biasanya dilakukan oleh digital agency yang baru berdiri dan gratis yang dimaksud adalah biaya manajemen, bukan biaya iklan berbayar yang harus dibayar ke Google atau Facebook.

4. Short Memory Scam
Katakanlah, Anda mempunyai kontrak dengan digital agency penipu selama 12 bulan, di mana bulan pertama… bulan kedua… bulan ketiga… tidak ada hasil, lalu tiba saatnya Anda diminta perpanjangan kontrak. Tetapi, jika dilihat, mulai dari bulan kedelapan… bulan kesembilan… terlihat hasil signifikan, sehingga Anda mempunyai harapan terhadap digital agency penipu tersebut. Kenyataannya, Anda hanya membayar 4 bulan terakhir dan sisanya mereka tidak bekerja.

5. Hasil yang dapat dibeli
Jumlah like dan follower adalah sesuatu yang dapat dibeli dengan mudah, sehingga tidak dapat menjadi tolak ukur kinerja digital agency. Biasanya, biaya untuk membeli like dan follower lebih kecil daripada biaya yang Anda keluarkan untuk digital agency. Jadi, promosi “kami akan meningkatkan follower Anda jika Anda memakai jasa digital agency kami” adalah harapan palsu, jika tidak dibarengi dengan jumlah transaksi penjualan yang meningkat. Untuk mengetahui apakah ada like atau follower palsu di akun media sosial Anda, Anda harus mengukur tingkat engagement rate yang normal, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.

6. PPC Spend Scam
Penyebab utamanya adalah tidak ada transparansi data, karena digital agency biasanya hanya memberikan laporan kinerja dalam format pdf dan ppt. Anda tidak diberikan akses ke backend advertising, sehingga Anda tidak tahu dengan persis jumlah uang yang dibayar ke Google atau Facebook dan jumlah uang yang diambil oleh digital agency. Ini biasa terjadi jika budget Digita Marketing Anda relatif kecil, di bawah Rp. 10 juta untuk 1 bulan adalah angka kecil. Karena sistem open backend biasanya menerapkan biaya manajemen sebesar 10% – 20% dari total biaya pengeluaran. Bahkan, kami menemukan beberapa kasus dimana akses penuh admin Google Analytcs dipegang oleh digital agency dan tidak otomatis diberikan kepada klien.

7. Useless PPC
Tidak adanya hasil dari kampanye iklan digital marketing biasanya karena ada teknik implementasi yang salah. Yang paling parah adalah landing page setelah iklan berbayar diklik menuju halaman kosong “404 page not found”, ini terjadi karena akun yang diurus terlalu besar atau digital agency terlalu banyak klien, sehingga tidak dilakukan pengecekan secara berkala. Yang paling sering adalah landing page menuju halaman utama home atau halaman yang tidak relevan, sehingga memaksa pengguna untuk inisiatif mencari sendiri apa yang mereka butuhkan. Atau bisa juga, ada materi iklan yang pernah berjalan, lalu tiba-tiba tidak disetujui oleh pihak Google atau Facebook dan tidak ada yang sadar. Atau bisa juga, strategi menentukan maksimal untuk biaya per klik terlalu rendah, sehingga hanya sedikit yang pernah sampai ke landing page.

8. Unusually Low Prices
Digital agency penipu biasanya memberikan harga murah yang terlalu berlebihan untuk menarik calon klien. Tetapi, harga murah berlebihan ini ada efek negatif yang biasanya berimbas kepada kualitas layanan yang diberikan. Mereka bisa menggunakan cara yang tidak etis, seperti beli follower atau like, kunjungan trafik palsu, email spam, dan lain-lain, yang pada akhirnya malah akan merugikan bisnis klien. Selain itu, karena mereka menawarkan harga layanan yang murah, mereka tidak mempekerjakan tenaga ahli untuk memenuhi janji-janji mereka. Ditambah lagi dengan masuk keluar karyawan karena tidak puas dengan gaji yang didapatkan.

9. Content Piracy
Menggunakan atau mencuri ide, konten, atau strategi dari klien atau pesaing tanpa izin. Termasuk, menampilkan portofolio atau testimoni palsu untuk menarik calon klien.